Jurnal

Hening

Syahrul Fadli
Hening

Pertama kali saya mengikuti kompetisi dari lembaga resmi. Saya ikut dalam tim dengan target yang tidak muluk-muluk karena kami tahu batas kami, entah dari sisi anggaran atau teknologi, kami jauh dari para kompetitor lain yang.

Segala persiapan kami lakukan, satu bulan waktu yang kami gunakan. Semua kompetitor kami perhitungkan untuk memetakan kekuatan — Agar kami tahu peluang kami lolos di tahap selanjutnya. Menyusun strategi untuk meminimalisir error.

Tibalah di hari perlombaan, sebelum bertanding kami melakukan beberapa kali try-out dan tidak ada masalah. Penampilan pertama berjalan lancar dengan jumlah error yang sudah kami perkiraan dalam strategi yang sudah disusun. Kami dibikin semakin was-was melihat penampilan yang jauh lebih bagus dari kampus lain. Di lain sisi kami juga masih memegang hitungan-hitungan kami dari strategi yang sudah kami buat sebelumnya demi lolos ke babak selanjutnya. Kami masih menyimpan optimis untuk maju ke babak selanjutnya tentu jika semua strategi kami berjalan sesuai rencana.

Penampilan kedua pun cukup lancar seperti penampilan pertama walaupun terdapat penambahan error. Tapi jumlah error tersebut masih masuk dalam hitung-hitungan kami. Sebelum penampilan terakhir (ketiga) kami kembali melakukan try-out. Terlihat masalah muncul pada salah satu robot kami — Saya lupa suasana saat itu yang pasti tidak ada kepanikan yang berlebihan (seingat saya). Kami mulai mengecek dan memulai troubleshooting sembari berpacu dengan waktu mengingat satu jam lagi penampilan ketiga akan dilakukan. Masalah saat itu ditemukan dan selesai dengan waktu yang cukup singkat pula.

Kami kembali melakukan uji coba setelah menyelesaikan permasalahan tadi. Setelah melihat hasil uji coba terakhir, dalam hati mulai muncul rasa optimis — Masalah beres, jumlah error masih dalam perhitungan kami.

Giliran tim kami memulai pertandingan. Saat semua dirasa sudah siap kami memulai kedua robot kami. Asap muncul di salah satu robot, anggota tim yang bertugas menjaga robot yang menyadari itu langsung me-restart robot, dia mungkin masih berharap robot masih bisa melanjutkan lomba, saya pun berharap begitu. Tapi itu memang tidak berpengaruh apa-apa. Robot hanya diam di kotak start.

Hening. Anggota tim lain masih menjaga robot lainnya yang masih bisa berjalan. Semua hitung-hitungan buyar.

Setelah penampilan selesai semua masih diam. Beberapa anggota tim mulai mendekati robot yang berasap itu, saat itu pun masih hening, tidak ada anggota yang bersuara. Robot yang berasap itu adalah robot yang kami perbaiki sebelum penampilan ketiga.

Share on: